Perang Tarif Memanas, Kemenperin Ungkap Dampaknya ke Indeks Kepercayaan Industri

Perang Tarif Memanas, Kemenperin Ungkap Dampaknya ke Indeks Kepercayaan Industri

Juru Bicara Kementerian Perindustrian, Febri Hendri Antoni Arief.-ist -

JAKARTA, DISWAY.ID - Kendati Indeks Kepercayaan Industri (IKI) pada bulan April 2025 menunjukkan bahwa sektor industri manufaktur nasional masih berada di fase ekspansi, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengungkapkan bahwa laju ekspansi turut mengalami perlambatan.

Menurut Juru Bicara Kementerian Perindustrian, Febri Hendri Antoni Arief, perlambatan ini sendiri dipicu oleh perang tarif dan dampak negatifnya terhadap penurunan pertumbuhan Amerika Serikat, Tiongkok, dan ekonomi dunia

Menurutnya, hal ini juga memicu peningkatan ketidakpastian pasar keuangan global serta mendorong perilaku risk aversion pemilik modal.

BACA JUGA:Bertemu dengan HIPKI, Kemenperin Tanggapi Kelangkaan Bahan Baku Kelapa

“Kinerja industri yang berorientasi pasar domestik juga menunjukkan perlambatan. Selain disebabkan oleh menurunnya permintaan dalam negeri, pelaku usaha mulai mengkhawatirkan potensi limpahan produk manufaktur dari negara lain akibat perang tarif global yang berisiko meningkatkan tekanan persaingan di pasar nasional,” papar Febri dalam Konferensi Pers Rilis IKI Kemenperin, yang digelar secara daring pada Kamis 1 Mei 2025.

Selain itu, Febri menambahkan, saat ini IKI yang berorientasi pasar ekspor dan IKI yang berorientasi pada pasar domestik sama-sama mencatakan penurunan. 

Hal ini sendiri ditunjukkan dari IKI ekspor berada di level 53,95, turun menjadi 53,33 poin di Maret 2025, kemudian merosot hingga 52,26 poin pada April 2025.

Sementara itu, IKI domestik pada bulan Februari berada di level 53,10, turun menjadi 52,90 poin di Maret 2025, dan merosot hingga 51,40 pada April 2025.

“Kami mendapat masukan dari pelaku industri bahwa perang tarif global membuat persepsi pelaku industri tertekan, karena perang tarif ini bisa menghambat akses produk-produk mereka ke pasar internasional Amerika dan adanya distrubsi rantai pasok global,” jelas Febri.

BACA JUGA:Skema Tabel Pinjaman KUR Mandiri 2025 Terbaru Plafon Rp10-Rp100 Juta, Cek Syarat dan Dokumen Penting untuk Pengajuan!

Tidak hanya itu, Febri juga mengungkapkan bahwa optimisme terhadap prospek usaha enam bulan ke depan, tercatat menurun.

Diketahui, sebanyak 66,8 persen pelaku usaha menyatakan optimisme terhadap kondisi usahanya ke depan (turun 2,4 persen dari bulan sebelumnya), sementara yang menjawab stabil naik tipis menjadi 24,7 persen. Persentase yang pesimis meningkat 2,2 persen menjadi 8,5 persen.

Optimisme pelaku usaha sendiri didasarkan pada beberapa faktor, terutama kebijakan pemerintah, yang diharapkan akan konsisten mendukung kondisi pasar dan iklim produksi serta iklim usaha yang lebih kondusif, di tengah perlambatan perekonomian global yang diperkirakan berlangsung sepanjang 2025.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber:

Berita Terkait

Close Ads