Liputan6.com, Jakarta - PT BFI Finance Tbk (BFIN) membukukan laba bersih Rp 405,5 miliar pada kuartal I 2025, meningkat 12,2% dibandingkan capaian tahun lalu.
Kinerja positif ini berhasil dicapai di tengah volatilitas pasar yang tinggi seiring ketidakpastian kebijakan ekonomi, serta risiko geopolitik akibat intensitas perang dagang AS-Cina.
Baca Juga
Pada kuartal I 2025, total aset BFI Finance meningkat 6,3% secara tahunan (year-on-year/yoy), menjadikan aset Perusahaan tercatat sebesar Rp 25,7 triliun. Peningkatan ini dikontribusi oleh kenaikan piutang dikelola (managed receivables) sebesar 12,8 Persen yoy dengan total Rp 25,4 triliun.
Advertisement
Selain itu, piutang pembiayaan bersih (net receivables) terkumpul Rp22,8 triliun yang juga mengalami kenaikan sebesar 7,6% dibandingkan kuartal I 2024.
Perusahaan konsisten untuk terus bertumbuh ditandai rapor nilai pembiayaan baru yang tercatat baik dengan nilai sebesar Rp5,9 triliun atau tumbuh 23,6% yoy. Peningkatan penyaluran pembiayaan baru tertinggi berasal dari segmen pembiayaan berjaminan BPKB roda empat BFI Dana Express Mobil sebesar 31,3 % yoy.
Porsi piutang dikelola masih didominasi oleh pembiayaan berjaminan BPKB roda empat dan roda dua sebesar 60,0%, pembiayaan untuk pengadaan kendaraan roda empat (bekas dan baru) sebesar 16,3%, pembiayaan alat berat dan mesin sebesar 14,8%, pembiayaan berjaminan sertifikat properti 4,9%, dan pembiayaan syariah serta lainnya sebesar 4,0%.
Dari segi tujuan pembiayaan (purpose of financing), piutang dikelola Perusahaan paling banyak tercatat untuk pembiayaan modal kerja dan investasi senilai Rp 19,8 triliun, diikuti oleh pembiayaan multiguna sebanyak Rp4,8 triliun, dan pembiayaan syariah sebesar Rp 784,8 miliar hingga Maret 2025.
“Kami terus berkomitmen tingkatkan layanan dan gencar menawarkan beragam promo menarik bagi konsumen tetap dan konsumen baru sehingga masyarakat semakin mudah mengakses pembiayaan dari BFI Finance. Salah satunya momentum bulan Ramadan lalu, kami menyediakan beragam paket pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan jelang hari raya,” ungkap Presiden Direktur BFI Finance, Sutadi dalam keterangan resmi, Minggu (27/4/2025).
Terlepas dari pertumbuhan tersebut, Perusahaan tetap waspada dalam mengelola kualitas portofolionya dengan melakukan peningkatan kendali terhadap underwriting kredit dan juga membangun kapabilitas collection yang kuat.
Rasio Pembiayaan Bermasalah
Alhasil, rasio pembiayaan bermasalah (Non- Performing Financing/NPF) per 31 Maret 2025 tetap solid di bawah posisi 1,50 Persen, yakni 0,22 Persen (neto) dan 1,30 Persen (bruto) dengan cakupan penyisihan 2,8 kali.
Persentase NPF ini masih lebih baik dibandingkan rerata industri yang berada di posisi 0,92 Persen (neto) dan 2,87 Persen (bruto) mengacu pada data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per Februari 2025.
Rasio penting keuangan lainnya juga menunjukkan postur yang sehat. Per Maret 2025, Return on Asset (ROA) tercatat sebesar 8,0 Persen atau naik 50 bps dan Return on Equity (RoE) sebesar 15,5 Persen atau lebih tinggi 60 bps dibandingkan per Maret 2024. Sedangkan gearing ratio terpantau sebesar 1,2 kali.
"Performa yang baik sepanjang kuartal pertama tahun ini tak lepas dari kelolaan manajemen risiko yang cermat serta efisiensi biaya yang kami lakukan guna menunjang profitabilitas," ujar Sutadi.
Untuk income statement, BFI Finance menorehkan total pendapatan senilai Rp 1,7 triliun dengan kenaikan sebesar 6,8 Persen yoy disertai capaian laba bersih sebesar Rp 405,5 miliar, meningkat 12,2 Persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Advertisement
Melunasi Obligasi
Sepanjang kuartal I 2025, BFI Finance telah melakukan pelunasan obligasi yang jatuh tempo, yakni Obligasi Berkelanjutan V Tahap III Tahun 2023 Seri B senilai Rp 227 miliar.
Berdasarkan hasil pemeringkatan dari Fitch Ratings Indonesia per Februari 2025, BFI Finance pertahankan Peringkat AA-(idn) prospek Outlook Stabil.
Sutadi menjelaskan, tiga bulan pertama pada 2025 adalah bulan dengan penuh dinamika. Volatilitas pasar yang tinggi seiring ketidakpastian kebijakan ekonomi, serta risiko geopolitik akibat intensitas perang dagang AS-Cina turut berdampak pada fluktuasi pasar saham, perlambatan investasi, pelemahan nilai tukar rupiah, dan potensi penurunan volume ekspor komoditas Indonesia.
Gejolak ini berimbas kepada perekonomian dalam negeri serta seluruh industri yang terlibat di dalamnya, tidak terkecuali industri pembiayaan yang masih dibayangi oleh berbagai tantangan di tengah daya saing pasar yang makin dinamis. Daya beli masyarakat yang tertahan dan cenderung turun, ketidakstabilan harga komoditas, dan peningkatan kredit macet menjadi isu untuk diantisipasi lebih lanjut.
"Beragam langkah strategis sambil menerapkan prinsip pruden terus kami adaptasikan agar kami tetap dapat mencetak pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan,” ujar Sutadi.
BFI Finance akan terus berupaya sebaik-baiknya dalam menghadapi tahun 2025. Hal ini sejalan dengan semangat perekonomian Indonesia yang tetap resilien dengan kredibilitas kebijakan moneter dan fiskal dari Pemerintah. Keputusan bank sentral menahan BI-rate pada 5,75 Persen baru-baru ini juga diharapkan mampu menjaga inflasi serta memastikan stabilitas nilai tukar rupiah.